Diharapkan dalam suatu komunikasi tercipta suasana yang harmonis dan lancar, dengan begitu tidak ada yang dikecewakan dan dirugikan dengan adanya komunikasi diantara penutur. Semua sudah setuju bahwa bahasa itu adalah medium/jembatan antara penutur yang digunakan untuk berkomunikasi, namun dengan adanya perbedaan budaya/kebudayaan telah melahirkan variasi bahasa, baik didalam penggunaannya didalam masyarakat ataupun perbedaan variasi dalam strukturalnya. Peran budaya/kebudayaan sangat berpengaruh sekali terhadap pemakaian bahasa, terbukti dengan adanya gesture, mimik, cara berbicara, kapan bicara dan waktu bagaimana si A berbicara ketika 2 orang sedang menjalin komunikasi. Itu semua tergantung kepada ethnographynya masing-masing. Unsur-unsur seperti inilah yang harus diperhatikan oleh kita ketika akan berkomunikasi dengan orang lintas budaya.

Salah satu bagian terpenting untuk mewujudkan komunikasi yang lancar adalah dengan kesantunan berbahasa, kesantunan berbahasa biasanya terlihat dari tata cara berbahasa yang verbal ataupun ketika kita berkomunikasi sesuai norma budaya yang berlaku dimasyarakat, karena bila dalam tata cara bahasa seseorang itu keluar dari norma budaya yang berlaku maka dia akan mendapat penilaian yang negatif dan dituduh seperti orang sombong, angkuh dan tidak mempunyai adat atau juga budaya.

Seseorang itu harus tahu kapan, dimana, sama siapa mereka harus berbicara dan memakai bahasa apa, demi kelancaran komunikasi, masnur muslich dalam artikelnya mengkategorikan:
Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu.
Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu.
Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan.
Bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara.
Bagaimana sikap dan gerak-gerik keika berbicara.
Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan.
Sebenarnya keenam ini sama dengan pendapat Dell hymes dengan prinsip Ethnograpy communicationnya yang terkenal yaitu S.P.E.A.K.I.N.G (Setting/scene, Participants, Ends, Act, Key, Instrumentalities, Norms and Genre). Untuk mempelajarinya kita setidaknya harus mengetahui kebudayaan dimana bahasa yang akan kita teliti berada. Sekarang ini teknologi/media2 sangat berperan penting untuk memudahkan para peneliti untuk berkarya. jadi tidak harus terjun ketempat dimana bahasa itu berada.

Dalam kesantunan berbahasa ada 4 aspek yang harus diperhatikan yaitu:
Prinsip kesopanan
Menghindari kata tabu
Penggunaam Eufemisme
Penggunaan kata honorifik
Untuk penjelasan lebih lanjut dari keempat aspek itu akan dibahasa disegmen final researchnya si "saya".

Aspek nonlinguistik dalam kesantunan berbahasa
Sebenarnya aspek ini adalah aspek yang selalu hadir dikehidupan kita, karena itu adalah bagian dari kita, bagian dari kebudayaan kita, bagian dari bawaan kita. dengan kata lain bahwa selain aspek verbal, aspek nonverbal juga sangat mempengaruhi sekali seseorang dalam kesantunan berbahasa. unsur itu dikenal juga dengan unsur paralinguistik, seperti kinesik dan proksemika, kedua unsur-unsur ini juga berperan penting dalam rangka pencapaian kesantunan berbahasa.

Paralinguistik itu berkaitan dengan suara bunyi yang dilontarkan, kapan seseorang harus melontarkan bahasa dengan suara keras, lembut dan berbisik. sementara gerak tangan, gerak bibir, mimik senyum ataupun gesture dipelajari dalam kinesik (seperti yang sudah saya tulis di note sebelumnya). sementara itu proksemika adalah yaitu sikap penjagaan jarak antara penutur dan penerima tutur (atau antara komunikator dan komunikan) sebelum atau ketika berkomunikasi berlangsung.

Ketiga unsur itu paralinguistik, kinesik, proksemika sangat bereperan penting dalam komunikasi asalkan bisa menjaga suasananya dengan baik dan terkendali maka komunikasi itu akan berjalan lancar. tentu saja dengan mempertimbangakan norma-norma budaya yang berlaku dimasyrakat.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya khususnya dan umumnya bagi teman-teman. saya mohon pamit mau makan ~_^ zakii.