masukkan script iklan disini
Maaf bukannya menggurui untuk kesalahan dan keabsahan yang terjadi, namun itulah yang saya rasakan tepat ketika aku memfokuskan diri untuk mengerjakan bahasa sejati, tugas abadi yang akan menghantarkanku menjadi seorang sarjana. Berbicara sarjana mempunyai arti luas, tidak pendek hanya untuk sebuah gelar yang selalu didamba, sarjana bagiku awal dari segalanya, awal dari seharusnya memulai keadaan dari menjadi sarjana.
Skripsi adalah syarat utama untuk menghantarkan mahasiswa menjadi seorang S1. tak ada jalan lain selain itu, tidak mengerjakannya berarti kita gagal. jadi harga matinya kita harus bersikap mati-matian terhadap tanggung jawab akhir kita sebagai mahasiswa. namun sebelum jauh mengerjakan skripsi seorang mahasiswa itu harus pintar-pintar dalam mencari jati diri dan pandai menempatkan diri terhadap sesuatu yang akan ditelitinya yang akan menjadi tugas akhir mahasiswa tersebut.
Akhir-akhir ini saya sering bertanya pada diri sendiri, bahwasanya apa yang saya pelajari sendiri dan saya mendalami sendiri ternyata lebih jauh ketimbang apa yang telah diberikan dosen dikelas, bisa dibilang itu sangat jauh sekali, tapi dibalik itu dosen jugalah yang menjadi jembatan kita untuk mengetahui mata kuliah itu, yah seengganya memang begitu. Lalu apa yang kalian pikirkan ketika misalnya saya sebagai mahasiswa BSI yang konsertasi pada linguistik bertanya tentang diglossia kepada mahasiswa yang satu jurusan/konsentrasi?! yang harus saya salahkan itu siapa?! aku tidak menyalahkan teman-temanku untuk hal ini, juga tidak menyalahkan pihak pengajar untuk hal ini.
Yang lebih memukau lagi dari yang aku alami adalah, ketika mengajukan proposal untuk skripsi, ternyata kita malah ditanya balik dan ditanya seolah-olah mereka tahu semuanya, padahal mereka belum tentu mengetahui apa yang kami ketahui. seorang siswa yang penurut mungkin akan menuruti apa yang merkeka bilang, karena saya yakin mereka juga punya itikad baik untuk masa depan kita, tidak terlepas dari itu sebaiknya kita semua harus memilik MUTUAL INTELGIBILITY satu sama lain.
semangat.....
Skripsi adalah syarat utama untuk menghantarkan mahasiswa menjadi seorang S1. tak ada jalan lain selain itu, tidak mengerjakannya berarti kita gagal. jadi harga matinya kita harus bersikap mati-matian terhadap tanggung jawab akhir kita sebagai mahasiswa. namun sebelum jauh mengerjakan skripsi seorang mahasiswa itu harus pintar-pintar dalam mencari jati diri dan pandai menempatkan diri terhadap sesuatu yang akan ditelitinya yang akan menjadi tugas akhir mahasiswa tersebut.
Akhir-akhir ini saya sering bertanya pada diri sendiri, bahwasanya apa yang saya pelajari sendiri dan saya mendalami sendiri ternyata lebih jauh ketimbang apa yang telah diberikan dosen dikelas, bisa dibilang itu sangat jauh sekali, tapi dibalik itu dosen jugalah yang menjadi jembatan kita untuk mengetahui mata kuliah itu, yah seengganya memang begitu. Lalu apa yang kalian pikirkan ketika misalnya saya sebagai mahasiswa BSI yang konsertasi pada linguistik bertanya tentang diglossia kepada mahasiswa yang satu jurusan/konsentrasi?! yang harus saya salahkan itu siapa?! aku tidak menyalahkan teman-temanku untuk hal ini, juga tidak menyalahkan pihak pengajar untuk hal ini.
Yang lebih memukau lagi dari yang aku alami adalah, ketika mengajukan proposal untuk skripsi, ternyata kita malah ditanya balik dan ditanya seolah-olah mereka tahu semuanya, padahal mereka belum tentu mengetahui apa yang kami ketahui. seorang siswa yang penurut mungkin akan menuruti apa yang merkeka bilang, karena saya yakin mereka juga punya itikad baik untuk masa depan kita, tidak terlepas dari itu sebaiknya kita semua harus memilik MUTUAL INTELGIBILITY satu sama lain.
semangat.....
