Labels

Iklan

UJUNGBERUNG, Riwayatmu Doeloe, (dari sebuah wilayah menjadi sebuah kota kecamatan)

Muhammad Zaki Al Aziz
September 07, 2013
Last Updated 2022-12-02T15:03:49Z
masukkan script iklan disini
Tes
Seperti juga "Bengawan Solo", Ujungberung sejak doeloe telah menjadi perhatian insani. Namun, ending-nya yang berbeda. Bengawan Solo, dari sebuah mata air di hulu sungai yang kecil, terus mengalir menjadi besar, akhirnya bermuara ke wilayah lautan yang lebih luas. Ujungberung? Dari sebuah wilayah yang sangat luas, berakhir menjadi salah satu kota kecamatan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Berbanding terbalik. Padahal, baheula Kota Bandung ada di wilayah Ujungberung. Sungguh ironis.

Hampir semua penulis tentang sejarah Bandung, tidak pernah menyinggung tentang Ujungberung. Tulisan yang ada hanya keterangan kecil dari buku "Bandung Tempo Doeloe" yang ditulis Haryoto Kunto, bahwa Kota Bandung disebut juga "West Oedjoengbroeng". Bayangkan, Kota Bandung hanya ada di bagian barat dari wilayah Ujungberung, yang kemudian dikenal dengan sebutan District Oedjoengbroeng Koelon. 

Mengapa semua enggan atau kurang peduli tentang penulisan wilayah ini?

Barangkali mereka terlalu silau dengan kementerengan nama Kota Bandung, sehingga melupakan akar sejarah yang sesungguhnya. Atau memang arsip-arsip apa saja tentang perkembangan wilayah ini sangat terbatas, sehingga orang kesulitan untuk melacak sejarah perkembangan wilayah tersebut. Padahal, perkembangan Kota Bandung, relatif praktis tidak terlepas dari sejarah perjalanan perkembangan wilayah Ujungberung.

Seberapa luas sebenarnya wilayah Ujungberung itu?

Tidak ada yang tahu dengan pasti seberapa luas sebenarnya wilayah Ujungberung di awal perkembangannya. Karena, diperkirakan wilayah Ujungberung sudah ada sejak pertengahan abad ke 6, dan telah dijadikan batas wilayah antara Kerajaan Sunda dan Kendan.

Setelah Jalan Raya Pos, yang melewati Ujungberung, dibuat tahun 1811, baru ada peta yang cukup akurat mengenai batas-batas suatu wilayah di Priangan. Dimana dalam peta tersebut tercantum bahwa batas wilayah Ujungberung paling barat adalah Sungai Cibeureum (Cimahi), ke timur Sungai Cibeusi (Cileunyi), ke utara rangkaian gunung, dari G. Tangkubanparahu-Bukittunggul-hingga Manglayang, ke selatan berbatasan dengan Sungai Citarum. 

Bila kita perkirakan, luas wilayah Ujungberung pada saat itu kira-kira 43.000 ha lebih (dimana Kota Bandung yang statusnya masih kampung berada di tengah-tengahnya), atau + 1/6 luas wilayah Kabupaten Bandung. Wilayah tersebut beribukota di Ujungberung (Cipaganti sekarang). 

Pada waktu itu, berdasarkan letak geografis wilayah, Pemerintah Hindia Belanda, membagi wilayah Ujungberung menjadi 2 bagian. Sebelah utara Jalan Raya Pos, yang terdiri dari pegunungan, disebut Oedjoengbroeng Kaler. Sedangkan, sebelah selatan Jalan Raya Pos, merupakan rawa raksasa Gegerhanjuang, disebut Oedjoengbroeng Kidoel.

Setelah Raffles memperkenalkan sistem pemerintahan distrik, wilayah Ujungberung pun terbagi menjadi 2 distrik (dimana Kabupaten Bandung waktu itu terbagi menjadi 16 distrik), yakni District Oedjoengbroeng Koelon dengan District Oedjoengbroeng Wetan, dengan batas S. Cibeunying.  Ibukota Distrik Ujungberung Kulon 'diganti' menjadi Cipaganti, sedangkan Distrik Ujungberung Wetan beribukota di Ujungberung (di Nyublek, sekitar belokan Cikadut arah ke Sukamiskin). Baru menjelang pertengahan abad ke -19, ibukota Distrik Ujungberung Wetan dipindahkan ke sekitar Alun-alun Ujungberung sekarang.

Hingga akhir abad ke-19, nama Ujungberung terpampang jelas di peta-peta lama yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ini dikarenakan, Ujungberung telah menjadi salah satu wilayah pusat pengembangan perkebunan kopi dan kina di wilayah Priangan. Tentunya, menjadi tambang emas bagi pemerintah kolonial.

Pada Peta Priangan tahun 1857, Distrik Ujungbrung telah terbagi menjadi beberapa onderdistrict of troep (setingkat kecamatan). Distrik Ujungbrung Kulon dibagi menjadi 10 kecamatan; Tjiraten, Tjibeunying, Tjipaganti, Geger Kalong, Tjibeureum, Baloeboer, Tjibangkong, Bodjong Asi, Bodjong Patjing, dan Boeah Batoe. Sedangkan Distrik Ujungbrung Wetan terbagi menjadi 8 onderditrict of troep, yakni Tjiparoengpeong, Oedjoengbroeng, Binong, Tjisaranten, Tjitjaheum, Tjibiroe, Boeah Batoe, dan Lengkong.

Namun, setelah abad ke-20, peran Ujungberung mulai berkurang, dan nama Ujungberung mulai meredup pada peta-peta yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Ada beberapa penyebab, diantaranya :

  1. Pemerintah Hindia Belanda lebih memunculkan nama Gemeente Bandung sehubungan dengan usaha pengembangan kota oleh pemerintah kolonial dengan dikeluarkannya bertutur-turut Staatsblad 1901, No 327-1 September 1901, Staatsblad 1906, No 121 - 21 Pebruari 1906, Staatsblad 1913, No 60 - 7 Mei 1913, Staatsblad 1929, No 258 - 5 Januari 1929, tentang pemekaran wilayah Bandung.  Maka, dengan itu menghapus nama Distrik Ujungberung Kulon dalam peta, karena sebagian wilayahnya masuk ke dalam wilayah Kotapraja Bandung.
  2. Selesainya pembangunan jalur kereta api Batavia-Surabaya, yang tidak melewati pusat pemerintahan Ujungberung, sehingga di beberapa peta lebih memunculkan nama Cicalengka sesudah Bandung, sebagai jalur kereta api ke arah timur. Karena, di kedua tempat tersebut terdapat stasiun kereta penumpang. Sedangkan, di wilayah Ujungberung hanya sebuah stasiun pemberhentian sementara untuk mengangkut  hasil perkebunan (kina dan kopi) dari wilayah utara perbukitan Ujungberung.
  3. Hampir tidak adanya pejabat pribumi atau pun bangsa Belanda yang menetap di pusat pemerintahan Ujungberung. Sesudah masa tugas habis, mereka pun meninggalkan Ujungberung. Keluarga pejabat pribumi yang ada dan menetap hingga kini hanya setingkat wedana, yakni keluarga  R. Raksamanggala yang menjabat sebagai Wedana Ujungberung Wetan pada pertengahan abad ke -19.  Bandingkan dengan Cicalengka. Di tempat tersebut, sampai saat ini tinggal beberapa keluarga terkemuka di Bandung saat itu. Termasuk beberapa keluarga Patih Bandung. Bahkan, R. Raksamanggala sendiri sebelum menjabat Wedana Ujungberung Wetan, pernah tinggal di Cicalengka. Sehingga akan mudah mencari arsip tentang Cicalengka dibanding Ujungberung hingga saat ini.

Pengkerdilan Ujungberung pun berlanjut setelah masa kemerdekaan, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (bisluit) Wali Negara Pasunan 1949, dengan menggeser batas wilayah Ujungberung dari Sungai Cibeunying ke Sungai Padasuka. Lepas pertengahan tahun 60-an, batas wilayah Ujungberungpun bergeser kembali hingga Jamaras-Cikadut.

Klimaknya terjadi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah no 16 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya daerah Tk II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tk II Bandung. Maka, lenyaplah Ujungberung sebagai sebuah wilayah, menjadi sebuah kota kecamatan yang masuk ke dalam wilayah Kotamadya Bandung. Lewat Peraturan Pemerintah Kota Bandung tahun 2006, kini wilayah Kecamatan Ujungberung semakin menyempit lagi dengan hanya memiliki 5 kelurahan (Cigending, Pasirendah, Pasirwangi, Pasirjati, dan Pasanggrahan) saja. 
Sungguh ironis, dari sebuah wilayah yang sempat menyita banyak perhatian di awal perkembangannya (dimana Kota Bandung berada di dalamnya), Ujungberung kini berubah menjadi sebuah kota kecamatan yang berada di wilayah Kota Bandung. Berbanding terbalik, dimana Kota Bandung dari hanya sebuah kampung kecil (sejak ditemukan oleh Julien da Silva tahun 1641), menjadi sebuah wilayah yang sangat luas; mencakup Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat (yang sebagian wilayahnya dulu adalah wilayah Distrik Ujungberung Kulon).

Bah Kuncen
e-mail : sumiartoanto@yahoo.co.id
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl